SUKACITA DARI KESABARAN EMILIANO
MARTINEZ
Bermain di klub sepakbola elit di
Eropa adalah impian semua pesepakbola di muka bumi, tak terkecuali Arsenal.
Arsenal adalah salah satu klub teratas di Inggris. Meskipun prestasinya belum
terlalu melimpah, Arsenal masih menjadi magnet bagi pesepakbola dunia,
khususnya bagi pemain muda. Klub ini menyediakan ruang bagi pemain muda untuk
mengembangkan diri dan bila berprestasi di klub akademi, bisa dipromosikan di
tim utama. Kesempatan untuk promosi lebih terbuka dibanding klub teras lain
seperti Chelsea dan Manchester City, karena kedua klub ini lebih sering membeli
pemain bintang dari klub lain. Tak heran pemain akademi kedua klub ini kerap
pindah di usia matang karena minimnya jam terbang di tim utama, meskipun secara
prestasi lebih mentereng dari Arsenal beberapa tahun terakhir
.
Pemikiran ini diamini oleh Emiliano
Martinez. Emi, sapaan akrabnya, dipinang Arsenal dari Independiente, klub
Argentina pada 1 Juli 2010. Emi tidak langsung masuk tim utama Arsenal,
melainkan ditempatkan di tim akademi U-18 terlebih dahulu, mengingat usianya
waktu itu masih 17 tahun. Mustahil masuk tim utama, sudah ada tiga nama yang mengisi
posisi mistar, yakni Manuel Almunia, Lukasz Fabianski, dan kiper baru Wojciech
Szczęsny yang mengetik namanya saja harus copy-paste
dari Google. Belum lagi Jens Lehmann yang sempat kembali dari pensiun
gara-gara badai cedera yang menimpa Arsenal waktu itu.
Butuh waktu bagi pemain muda seperti
Emi untuk bermain di tim utama setidaknya dua sampai tiga tahun. Sempat dipinjamkan ke Oxford United, Martinez
akhirnya melakoni debutnya di tim utama Arsenal di ajang Piala Liga Inggris pada
26 September 2012 menjamu Conventry City di Emirates Stadium. Arsenal menang
telak dengan skor 6-1. Kemudian Martinez dipercaya oleh Arsene Wenger sebagai
kiper khusus ajang Piala Liga. Wenger memang sering menjadikan ajang ini
sebagai ajang unjuk gigi pemain akademi klub. Petaka bagi Emi terjadi di babak
selanjutnya ketika Arsenal melawat ke Majedski Stadium bersua Reading. Arsenal
diberondong 4 gol di babak pertama sebelum melakukan comeback luar biasa sehingga menang di akhir laga dengan skor 7-5.
Di antara 5 gol yang bersarang di gawang Arsenal, salah satunya terjadi akibat
blunder Emi, tepatnya gol ketiga. Berawal dari sepak pojok untuk Reading, para
pemain Arsenal berusaha membuang bola ke depan sekaligus melakukan serangan
balik. Namun usaha itu sirna karena pemain Reading sudah siap menyergap bola
kembali di depan kotak penalti Arsenal. Bola kemudian diumpan ke Leigertwood
yang kemudian melakukan sedikit penetrasi di half-space kanan Arsenal. Leigertwood iseng menembak bola ke gawang
Arsenal yang kemudian langsung sigap ditepis Emi. Apesnya, bola yang ditepis tetap
bergulir ke gawang sendiri. Skor 3-0 untuk Reading.
Melihat pertandingan ini, penulis
sangat menyayangkan proses gol yang terjadi. Namun bisa dimaklumi karena yang
tampil adalah pemain muda yang masih belum stabil permainanya. Kadang bisa
tampil sangat baik, namun di waktu lain tampil sangat buruk. Selain itu pengalaman
juga masih minim. Musim berikutnya 2013/2014, Emiliano masih belum mendapat
kesempatan tampil di tim utama. Arsenal justru membeli Emiliano Viviano dari
Palermo sebagai pelapis Fabianski, dan Szczęsny. Alhasil, Emi dipinjam kembali
ke Sheffield Wednesday. Wenger tampaknya masih belum percaya dengan kemampuan
Emi, sehingga perlu “disekolahkan” dahulu.
Akhirnya yang ditunggu telah tiba. Emi
dimasukkan Wenger ke dalam tim utama sebagai kiper ketiga pada musim 2014/2015.
Fabianski hengkang ke Swansea City. Kiper kedua diserahkan kepada kiper timnas
Kolombia yang tampil gemilang di Piala Dunia 2014, David Ospina. Ospina akan
menjadi pelapis Szczesny yang semakin matang. Emi hanya tampil 4 kali pada
musim ini di Liga Primer. ”Kiper kedua aje jarang tampil, apalagi kiper ketiga,
tua di bangku cadangan gue“, mungkin begitu piker Emi. Dia dipinjam kembali
oleh Rotterham United selama satu bulan dari Maret hingga Mei 2015.
Musim berikutnya semakin pelik bagi Emi,
karena pada musim panas 2015 Arsenal membeli Petr Cech dari Chelsea seharga 14
juta Euro. Kita semua tahu bahwa Cech adalah kiper hebat dan berpengalaman. Ada
tiga kiper hebat yang berebut satu posisi utama. Jika penulis menjadi Emi, penulis
pasti memilih hengkang karena tiga kiper yang bersaing adalah kiper
berkualitas. Ospina menjadi andalan di Liga Primer, Szczesny membawa trofi
piala FA, Cech kenyang pengalaman dan punya mental juara. Korban dari
persaingan ini adalah Szczesny yang dipinjamkan ke AS Roma selama dua musim.
Emi? Dia kembali dipinjamkan ke Wolverhampton Wanderers selama satu musim.
Sabar sekali Emi ini
.
Pada musim 2016/2017 tidak ada klub
yang mau meminjam Emi sehingga harus siap menjadi kiper ketiga di bawah bayang-bayang
Cech dan Ospina. Musim ini Emi hanya tampil dua kali di Liga Primer dan tiga
kali pada Piala Liga. Musim berikutnya Emi “sekolah” ke
Klub La Liga Spanyol, Getafe. Padahal sempat bermain gemilang ketika menahan
dua algojo Bayern Muenchen pada adu penalti di ajang International Champions
Cup (turnamen pramusim) 2017 yang berujung kemenangan Arsenal. Di Getafe Emi
juga masih jarang tampil. Emi hanya tampil selama 4 pertandingan di La Liga.
Akhir musim 2018, Emi mudik ke Inggris. Saat Emi pulang ke Inggris, Arsenal
sudah berganti pelatih. Arsene Wenger yang mengabdi di klub selama 22 tahun
menanggalkan jabatannya sebagai pelatih. Kemudian kursi pelatih dipercayakan
pada Unai Emery. Tapi Emi masih belum bisa masuk tim utama. Bernd Leno
didatangkan dari Bayer Leverkusen sebagai pelapis Cech yang masih bertahan. Emery
juga belum yakin dengan kemampuan Emi. Mungkin dilihat dari caps yang minim pada musim-musim
sebelumnya.
Akhirnya Emi dipinjamkan lagi, lagi,
dan lagi. Emi “sekolah” lagi ke Reading yang memberinya petaka dulu dengan
status pinjaman. Sepertinya Emi belajar banyak ketika tampil sebagai pinjaman
di klub-klub Championship (divisi dua Inggris). Total 50 caps ditorehkan ketika Emi bermain di klub-klub Championship, dari
Sheffield Wednesday (11); Rotterham United (8); Wolves (13) hingga Reading yang
berani memainkan Emi paling sering dengan 18 caps. Di sinilah Emi ditempa mental dan kemampuannya oleh klub-klub
kasta kedua Inggris. Bagaimana waktu yang tepat untuk mengoper bola kepada
kawan, bagaimana menghalau bola tembakan lawan dengan aman, bagaimana
mengantisipasi umpan silang, dan sebagainya.
Gayung pun bersambut. Cech memutuskan
pensiun dan kembali ke Chelsea sebagai pelatih kiper. Ospina yang sejak awal
musim 2018/2019 dipinjamkan ke Napoli, mempermanenkan statusnya di sana. Kini
tinggal tersisa Leno. Unai Emery kini tampak siap memainkan Emi sebagai kiper
kedua di musim 2019/2020 setelah beberapa waktu lalu mengatakan di konferensi
pers bahwa Emiliano Martinez menjadi kiper kedua pelapis Leno. Emi selalu
dimainkan di laga pramusim bergantian dengan Leno. Dari penampilannya selama
pramusim, Emi tampil cukup baik. Emi sangat unggul di bola udara dan memiliki
reflek yang sigap dan tegas. Salah satu momen terbaik adalah saat membendung
tembakan Serge Gnabry dari luar kotak
penalti saat melawan Bayern Muenchen.
Dengan tinggi 194 cm dan usia 26
tahun, serta kontrak yang terikat hingga 30 Juni 2022. Kesempatan Emi untuk
mengembangkan karir di tim utama masih terbuka lebar. Emi dan Leno akan bahu
membahu mengawal gawang Arsenal di tengah kompetisi yang padat. Ada empat
turnamen yang diikuti Arsenal nantinya : Liga Primer, Piala FA, Piala LIga, dan
Europa League. Kesempatan emas ini tidak boleh disia-siakan Emi. Tempaan di
Championship menjadi modal berharga mengarungi musim depan. Dengan kokohnya
palang pintu terakhir ini, diharapkan Arsenal bisa mengangkat setidaknya satu
trofi. Selain itu, mendapat tempat di tim utama juga bisa membuat Emi dilirik
oleh tim nasional Argentina. Apalagi Argentina saat ini butuh pertahanan yang
kuat, dan salah satunya ada di pundak Emi. Patut ditunggu aksi Emi musim depan.
Dari Emiliano Martinez kita belajar,
bahwa kesabaran itu membuahkan hasil. Setelah penantian yang panjang selama
sembilan tahun akhirnya Emi masuk tim utama Arsenal. Kesabaran Emi bagaikan air
sungai yang mengalir ke laut. Dari mata air di pegungungan terus berjalan dan
mengalir melewati lika liku kehidupan. Walaupun banyak yang menghalangi air
tetap tidak berhenti, meskipun alirannya menjadi lambat. Air terus mengalir
sampai mandapatkan celah dan terus berjalan, hingga akhirnya sampai ke hilir
dan sampai di laut. Laut adalah tim utama Arsenal, dan akhirnya Emi sampai di
sana. Pengalaman hidup Emi menjadi pelajaran bahwa kesabaran dibarengi
keteguhan hati akan membuahkan hasil. Buena
Suerte, Emi!
Referensi :