JALAN
PANJANG ARSENAL DI FA CUP
Arsenal
baru saja memenangkan gelar FA Cup setelah mengalahkan Chelsea dengan skor 2-1
di Wembley Stadium. Hasil ini menambah koleksi trofi mereka di ajang tersebut
dengan raihan 14 trofi, angka terbanyak dari klub inggris lainnya. Gelar juara
ini tentunya sangat emosional bagi para pemain, pelatih, bahkan penggemarnya
sekalipun. Bagaimana tidak, setelah dihadapkan musim yang amat buruk, Arsenal
masih bisa mempersembahkan trofi untuk para penggemarnya, sebuah pencapaian
yang impresif mengingat banyaknya masalah yang terjadi pada kubu Arsenal.
Dimulai dari masalah pemain, pemecatan pelatih, hingga pelatih yang terpapar
virus Corona, Arsenal seakan tidak direstui untuk meraih pencapaian apapun
musim ini. Namun takdir berkata lain, kembalinya trofi FA Cup ke Emirates
Stadium tentu menjadi modal yang baik untuk membangkitkan mentalitas pemain Arsenal
dalam mengarungi berbagai kompetisi di musim mendatang.
Perjalanan
Arsenal di FA Cup dimulai pada putaran ketiga. Hal ini dikarenakan aturan FA
Cup sendiri yang baru memasukan klub kasta teratas liga inggris pada putaran
ketiga. Di putaran ketiga sendiri Arsenal dipertemukan oleh Leeds United yang
diasuh pelatih sensasional, Marcelo Bielsa. Tidak seperti kebanyakan klub
Championship lainnya, Leeds United tampil dominan saat melawan Arsenal terutama
di babak pertama, tercatat ada 15 percobaan penyerangan yang berhasil menekan
tim tuan rumah di babak pertama. Melihat hal tersebut, Arteta terlihat sangat marah dengan para
skuatnya karena dirasa tidak menjalankan intruksinya dengan tepat. Padahal
Arteta sendiri sudah memberitahu skuatnya Leeds akan bermain dengan cara
seperti itu. Lacazette sendiri mengatakan saat turun minum babak pertama Arteta
berteriak pada seluruh skuatnya, menegaskan bagaimana intruksinya agar marasuk
pada tiap pemain Arsenal. Seakan termakan omongan Arteta, skuatnya tampil
trengginas di babak kedua. Puncaknya Reiss Nelson berhasil menjebol gawang
Leeds meneruksan umpan Pepe. Gol Nelson menjadi satu-satunya gol di laga itu, membuat
Arsenal melaju ke babak selanjutnya.
Di
laga berikutnya giliran Bournemuth menjamu Arsenal di Vitality Stadium. Mikel
Arteta menurunkan beberapa pemain mudanya di laga ini seperti Bukayo Saka, Joe
Willock, dan Nkketiah . Tim besutan Mikel Arteta langsung tancap gas di awal
laga dengan gol yang dilesakan oleh Bukayo Saka dari sudut sempit. Saka kembali
memiliki andil untuk gol kedua, setelah umpannya dituntaskan dengan baik oleh Nketiah.
Dua goal Arsenal bertahan sampai paruh babak pertama. Bounemuth kemudian
membalasnya dibabak kedua. Tepatnya saat memasuki injury time melalui gol
Surridge. Gol Surridge menjadi gol terakhir pada laga ini. Dengan ini Arsenal
melanjutkan perjalanan di FA Cup.
Fratton
Park menjadi tempat selanjutnya yang harus disambangi Arsenal di lanjutan FA
Cup melawan tim tuan ruah, Portsmouth. Catatan 19 laga tak terkalahkan di kandang
sendiri menjadi modal penting untuk Portsmouth mengingat Arsenal sedang dalam tren
buruk pasca tersingkir dari ajang Europa Leage di akhir bulan. Seakan
melampiaskan kekesalannya, Arsenal berhasil menekuk Portsmouth di kandangnya
sendiri dengan sumbangan gol Sokratis dan Eddie Nketiah. Hasil ini bertahan
hingga akhir laga, membuat Arsenal mengemas dua cleansheaats dan lanjut
ke babak selanjutnya.
Tim
kuda hitam, Sheffield United menjadi tim
kedua yang memberikan perlawanan sengit untuk Arsenal di ajang FA Cup. Cara
bermain yang sama dengan Leeds dilakukan The Blades pada Arsenal, pemainan
tempo tinggi dan menekan musuh di daerah pertahanannya sendiri. Beruntung
Arsenal dapat mengalahkan Sheffield berkat gol yang dilsesakan oleh Pepe dan
Dani Ceballos di menit akhir. Dengan kemenangan ini, Arsenal kembali untuk
merasakan megahnya Wembley di ajang ini sejak terakhir mereka rasakan pada
tahun 2017 lalu.
Juara
bertahan FA Cup, Manchester City, menjadi lawan selanjutnya bagi Arsenal. Bisa
dikatakan laga ini adalah titik balik mentalitas Arsenal tumbuh sebagai tim.
Terlihat dari bagaimana terjadinya proses gol pertama Arsenal yang melibatkan
10 pemain, Identitas tim tertuang didalamnya dengan build up apik para
punggawa yang menghubungkan berbagai sektor dengan sangat padu, seperti
semboyan Arsenal, Victoria Concordia Crescit, kemenangan berawal dari
keharmonisan. Gol terakhir di akhi babak yang diciptakan Aubameyang menegaskan
Arsenal melenggang ke babak selanjutnya, partai final. Hal ini menciptakan
rekor baru pada ajang FA Cup di mana Arsenal menjadi tim yang paling banyak
masuk ke dalam final FA Cup dengan total 21 kali.
Final
FA Cup musim ini bagaikan De Javu untuk Arsenal karena kembali
dipertemukan dengan Chelasea di partai puncak.
Masih membekas diingatan kita kekalahan Baku yang memupuskan asa Arsenal
untuk meraih trofi Europa League untuk pertama kalinya. Belum lagi kekalahan
tersebut membuat Arsenal harus kembali absen di ajang Champions League musim
berikutnya, membuat Arsenal untuk tiga musim beruntun bermain di kasta kedua
kompetisi Eropa, pemandangan yang sangat tidak wajar mengingat Arsenal selama
dua dekade terakhir selalu mentas di ajang tertinggi kompetisi Eropa.
Namun,
hal yang ditakutkan itu sepertinya tidak terjadi, De Javu yang terjadi
lebih memihak pada tahun 2017, ketika Arsenal berhasil menundukan Chelsea di
depan ribuan fansnya sendiri di stadion kebanggaan Britania, Wembley Stadium.
Sempat tertinggal lewat gol cepat Pulisic, Arsenal berhasil membalikan keadaan
dengan dua gol yang dilesakan oleh Aubameyang. Ya, laga berkesudahan dengan
skor 2-1. Angka yang sama seperti apa yang terjadi pada tahun 2017. Belum lagi
dengan insiden kartu merah yang sama-sama terjadi pada kubu Chelsea dan
dipimpin oleh wasit yang sama juga, Antony Taylor. Semesta seperti mengizinkan
Arsenal untuk merasakan kebahagian di tengah badai yang sedang berkecamuk pada
diri Arsenal. Kemenangan ini tentunya semakin mengukuhkan Arsenal sebagai raja
dari FA Cup dengan total 14 trofi, mengungguli pesaing terdekatnya Manchester
United dengan raihan 12 trofi.
Ditulis oleh: Robby Arsyadani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar