Senin, 03 Agustus 2020

JALAN PANJANG ARSENAL DI FA CUP

JALAN PANJANG ARSENAL DI FA CUP

Arsenal baru saja memenangkan gelar FA Cup setelah mengalahkan Chelsea dengan skor 2-1 di Wembley Stadium. Hasil ini menambah koleksi trofi mereka di ajang tersebut dengan raihan 14 trofi, angka terbanyak dari klub inggris lainnya. Gelar juara ini tentunya sangat emosional bagi para pemain, pelatih, bahkan penggemarnya sekalipun. Bagaimana tidak, setelah dihadapkan musim yang amat buruk, Arsenal masih bisa mempersembahkan trofi untuk para penggemarnya, sebuah pencapaian yang impresif mengingat banyaknya masalah yang terjadi pada kubu Arsenal. Dimulai dari masalah pemain, pemecatan pelatih, hingga pelatih yang terpapar virus Corona, Arsenal seakan tidak direstui untuk meraih pencapaian apapun musim ini. Namun takdir berkata lain, kembalinya trofi FA Cup ke Emirates Stadium tentu menjadi modal yang baik untuk membangkitkan mentalitas pemain Arsenal dalam mengarungi berbagai kompetisi di musim mendatang.


Perjalanan Arsenal di FA Cup dimulai pada putaran ketiga. Hal ini dikarenakan aturan FA Cup sendiri yang baru memasukan klub kasta teratas liga inggris pada putaran ketiga. Di putaran ketiga sendiri Arsenal dipertemukan oleh Leeds United yang diasuh pelatih sensasional, Marcelo Bielsa. Tidak seperti kebanyakan klub Championship lainnya, Leeds United tampil dominan saat melawan Arsenal terutama di babak pertama, tercatat ada 15 percobaan penyerangan yang berhasil menekan tim tuan rumah di babak pertama. Melihat hal tersebut,  Arteta terlihat sangat marah dengan para skuatnya karena dirasa tidak menjalankan intruksinya dengan tepat. Padahal Arteta sendiri sudah memberitahu skuatnya Leeds akan bermain dengan cara seperti itu. Lacazette sendiri mengatakan saat turun minum babak pertama Arteta berteriak pada seluruh skuatnya, menegaskan bagaimana intruksinya agar marasuk pada tiap pemain Arsenal. Seakan termakan omongan Arteta, skuatnya tampil trengginas di babak kedua. Puncaknya Reiss Nelson berhasil menjebol gawang Leeds meneruksan umpan Pepe. Gol Nelson menjadi satu-satunya gol di laga itu, membuat Arsenal melaju ke babak selanjutnya.

Di laga berikutnya giliran Bournemuth menjamu Arsenal di Vitality Stadium. Mikel Arteta menurunkan beberapa pemain mudanya di laga ini seperti Bukayo Saka, Joe Willock, dan Nkketiah . Tim besutan Mikel Arteta langsung tancap gas di awal laga dengan gol yang dilesakan oleh Bukayo Saka dari sudut sempit. Saka kembali memiliki andil untuk gol kedua, setelah umpannya dituntaskan dengan baik oleh Nketiah. Dua goal Arsenal bertahan sampai paruh babak pertama. Bounemuth kemudian membalasnya dibabak kedua. Tepatnya saat memasuki injury time melalui gol Surridge. Gol Surridge menjadi gol terakhir pada laga ini. Dengan ini Arsenal melanjutkan perjalanan di FA Cup.

Fratton Park menjadi tempat selanjutnya yang harus disambangi Arsenal di lanjutan FA Cup melawan tim tuan ruah, Portsmouth. Catatan 19 laga tak terkalahkan di kandang sendiri menjadi modal penting untuk Portsmouth mengingat Arsenal sedang dalam tren buruk pasca tersingkir dari ajang Europa Leage di akhir bulan. Seakan melampiaskan kekesalannya, Arsenal berhasil menekuk Portsmouth di kandangnya sendiri dengan sumbangan gol Sokratis dan Eddie Nketiah. Hasil ini bertahan hingga akhir laga, membuat Arsenal mengemas dua cleansheaats dan lanjut ke babak selanjutnya.

Tim kuda hitam,  Sheffield United menjadi tim kedua yang memberikan perlawanan sengit untuk Arsenal di ajang FA Cup. Cara bermain yang sama dengan Leeds dilakukan The Blades pada Arsenal, pemainan tempo tinggi dan menekan musuh di daerah pertahanannya sendiri. Beruntung Arsenal dapat mengalahkan Sheffield berkat gol yang dilsesakan oleh Pepe dan Dani Ceballos di menit akhir. Dengan kemenangan ini, Arsenal kembali untuk merasakan megahnya Wembley di ajang ini sejak terakhir mereka rasakan pada tahun 2017 lalu.

Juara bertahan FA Cup, Manchester City, menjadi lawan selanjutnya bagi Arsenal. Bisa dikatakan laga ini adalah titik balik mentalitas Arsenal tumbuh sebagai tim. Terlihat dari bagaimana terjadinya proses gol pertama Arsenal yang melibatkan 10 pemain, Identitas tim tertuang didalamnya dengan build up apik para punggawa yang menghubungkan berbagai sektor dengan sangat padu, seperti semboyan Arsenal, Victoria Concordia Crescit, kemenangan berawal dari keharmonisan. Gol terakhir di akhi babak yang diciptakan Aubameyang menegaskan Arsenal melenggang ke babak selanjutnya, partai final. Hal ini menciptakan rekor baru pada ajang FA Cup di mana Arsenal menjadi tim yang paling banyak masuk ke dalam final FA Cup dengan total 21 kali.

Final FA Cup musim ini bagaikan De Javu untuk Arsenal karena kembali dipertemukan dengan Chelasea di partai puncak.  Masih membekas diingatan kita kekalahan Baku yang memupuskan asa Arsenal untuk meraih trofi Europa League untuk pertama kalinya. Belum lagi kekalahan tersebut membuat Arsenal harus kembali absen di ajang Champions League musim berikutnya, membuat Arsenal untuk tiga musim beruntun bermain di kasta kedua kompetisi Eropa, pemandangan yang sangat tidak wajar mengingat Arsenal selama dua dekade terakhir selalu mentas di ajang tertinggi kompetisi Eropa.

Namun, hal yang ditakutkan itu sepertinya tidak terjadi, De Javu yang terjadi lebih memihak pada tahun 2017, ketika Arsenal berhasil menundukan Chelsea di depan ribuan fansnya sendiri di stadion kebanggaan Britania, Wembley Stadium. Sempat tertinggal lewat gol cepat Pulisic, Arsenal berhasil membalikan keadaan dengan dua gol yang dilesakan oleh Aubameyang. Ya, laga berkesudahan dengan skor 2-1. Angka yang sama seperti apa yang terjadi pada tahun 2017. Belum lagi dengan insiden kartu merah yang sama-sama terjadi pada kubu Chelsea dan dipimpin oleh wasit yang sama juga, Antony Taylor. Semesta seperti mengizinkan Arsenal untuk merasakan kebahagian di tengah badai yang sedang berkecamuk pada diri Arsenal. Kemenangan ini tentunya semakin mengukuhkan Arsenal sebagai raja dari FA Cup dengan total 14 trofi, mengungguli pesaing terdekatnya Manchester United dengan raihan 12 trofi.

Walaupun menjadi juara, Arsenal tidak boleh besar kepala. Bisa dikatakan Arsenal memenangkan trofi ini berkat jerih payah dan tekad yang sudah tertanam pada diri tiap pemain Arsenal untuk memenangkan FA Cup. Namun untuk cara bermain, Arsenal masih kurang dominan mengancam gawang dari musuh-musuhnya. Lihat saja bagaimana Arsenal harus susah payah mengalahkan Leeds United. Bahkan, di laga final, sebelum keluarnya Azpilicueta dan Pulisic, Arsenal hanya dapat mengandalkan longpass pemain belakang untuk memulai serangan. Tapi menang tetaplah menang, bagaimanapun kondisinya Arsenal selalu memanfaatkan kesalahan lawan untuk dapat memenangkan setiap laga yang dilewatinya. Sekarang serahkan semuanya pada Arteta, tidak ada yang perlu diragukan lagi. Dengan capaian satu trofi di musim yang buruk tentu sudah menjadi pembuktian kualitas dari mantan kapten Arsenal ini.

Ditulis oleh: Robby Arsyadani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar