PINDAH DARI ARSENAL GARANSI AUTO JUARA
Kompetisi di lima liga top Eropa resmi berakhir musim ini. Di tengah pandemi COVID-19, banyak liga yang dibatalkan seperti Eredivisie (Belanda) dan Ligue 1 (Prancis). Liga-liga tersebut tentunya dibatalkan dengan alasan keselamatan orang banyak, mengingat meningkatnya pandemi pada pertengahan April lalu. Namun beberapa liga mulai melanjutkan kompetisinya setelah diberi lampu hijau oleh pemerintah setempat. Mayoritas liga mulai digulirkan pada awal Juli dan berakhir di awal Agustus. Namun, setelah berakhirnya lima liga top Eropa masih ada salah satu liga yang masih berjalan di bulan Agustus ini, yaitu UEFA Europa League dan UEFA Champions League.
Dengan menggunakan beberapa format baru, dua kompetisi bergengsi Eropa itu dilaksanakan setelah berakhirnya liga-liga di Eropa. Tentu, tidak lupa dengan protokol kesehatan yang amat ketat mengingat angka pertumbuhan virus COVID-19 masih terbilang fluktuatif di kawasan Eropa.
Sevilla dinobatkan menjadi juara di ajang Europa League sementara di ajang Champions League, Bayern Munich keluar sebagai jawara setelah mengalahkan Paris Saint Germain. Untuk PSG sendiri, ini merupakan kali pertama tim tersebut masuk ke babak final perhelatan bergengsi di Eropa itu. Sementara untuk Bayern sendiri, ini adalah final ke empat mereka selama satu dekade terakhir, yang mana dua di antaranya mengukuhkan tim ini sebagai juara. Total Bayern telah mengoleksi enam trofi UCL, angka yang sama dengan jawara sebelumnya, Liverpool.
Tentunya sudah tidak mengherankan Bayern Munich keluar sebagai juara UCL musim ini, mengingat bagaimana superiornya FC Hollywood ini mengalahkan kompetitornya. Tentunya, keberhasilan Bayern ini tidak lepas dari berbagai pemain pilarnya. Selain Lewandowski, terdapat satu nama yang menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini. Siapa lagi kalau bukan Serge Gnabry.
Serge Gnabry sendiri bisa dibilang salah satu pemain berbakat yang performanya menonjol di musim ini. Dari 47 pertandingan yang dilakoninya bersama Bayern, Ia mencatatkan 25 gol dan 12 assist. Bahkan bila dihitung dari ajang UCL sendiri, Ia mengemas 9 gol dan 2 assist dari 8 pertandingan, artinya Gnabry selalu menyumbang setidaknya satu gol pada tiap pertandingan UCL yang Ia mainkan. Angka yang sangat fantastis untuk pemain yang baru berusia 25 tahun.
Tentunya torehan Gnabry di musim ini membuat pendukung klub lamanya gigit jari. Bagaimana tidak, Gnabry sendiri dahulu adalah pemain Arsenal yang berbakat, bahkan ia menjalani debutnya bersama Arsenal di usia yang masih belia. Namun, performanya di Arsenal tidak terlihat begitu bersinar akibat berbagai cedera yang ia alami. Selepas cedera, sulit bagi Gnabry untuk menemukan performa terbaiknya. Bahkan ketika Ia dipinjamkan ke West Brom pada tahun 2015, manajer West Brom kala itu Tony Pulis mengatakan bahwa Gnabry tidak cocok bermain di Premier League.
Setahun setelahnya Arsenal menjualnya ke Werder Bremen dengan harga yang sangat murah. Manajer Arsenal kala itu, Arsene Wenger, sebenarnya tidak ingin melepas Gnabry dengan alasan Gnabry belum menunjukan seluruh potensinya kala itu. Namun Gnabry sendiri yang menginginkan dirinya untuk pergi karena membutuhkan menit bermain yang cukup.
Keluarnya Gnabry dari Arsenal nyatanya tidak disesali oleh dirinya. Karir Gnabry langsung sukses bersama klub-klub yang ia bela. Dimulai dari Werder Bremen yang kemudian sekarang berlabuh di Bayern Munich. Ya, tentunya semua akan Munchen pada waktunya. Gnabry sendiri bukanlah orang pertama yang mengalami kesuksesan ketika memilih pergi dari Arsenal. Nama-nama seperti Thierry Henry, Fabregas, Nasri, Van Persie, dan Oxlade-Chamberlain, memiliki karir yang lebih baik dan gelar yang lebih bergengsi saat mereka meninggalkan klub London Utara itu.
Hal ini seperti anomali pada tiap-tiap pemain yang pergi dari Arsenal. Mengapa hal tersebut bisa selalu terjadi? Nah, untuk itu penulis mencoba menjelaskan beberapa faktor yang membuat pemain sepakbola dapat lebih sukses ketika ia keluar dari Arsenal.
Kesempatan
Yup banyak pemain muda potensial yang jarang mendapatkan kesempatan lebih untuk bermain di tim utamnya masing-masing. Tidak hanya Arsenal, banyak tim-tim di luar sana yang kehilangan pemain potensialnya karena jarang diberi kesempatan seperti De Bruyne, Salah, dan Lukaku saat di Chelsea. ‘itu si Iwobi dikasih banyak menit bermain kok masih jelek aja’. Santai, ini masih faktor pertama, masih ada faktor lainnya yang perlu dibahas pada isu ini.
Kebutuhan tim akan pemain
Kenapa hal ini sangat penting? Ya yang namanya sepakbola dimainkan oleh 11 pemain. Nah, dari 11 pemain itu tentunya punya kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Pemain yang paling banyak menutup kekurangan tim ini lah yang akan keluar potensi terbaiknya. Tentunya peran pelatih di sini sangat penting mengingat bagaimana taktiknya ini nanti akan diterapkan pada pemainnya, contohnya seperti Robertson. Sebelum ia menjadi bagian dari Liverpool, Robertson hanyalah pemain muda dengan kemampuan yang tergolong biasa-biasa saja. Namun siapa sangka di bawah asuhan Juergen Klopp, Robertson disulap menjadi salah satu bek kiri terbaik di dunia. Tentunya hal ini tidak luput dari skema permainan dari Liverpool yang mana mengeluarkan potensi terbaik dari Robertson.
Tentu kita tahu seberapa hebatnya Coutinho. Ia adalah pemain yang memiliki kemampuan yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Namun, karena Coutinho bukanlah pemain yang benar-benar dibutuhkan pada skema klubnya saat ini, maka potensi dari pemain ini tidak terlihat seperti apa yang terlihat pada klub sebelumnya. ‘tapi ada kok pemain yang tetep hebat walaupun sudah pindah klub dan lebih berhasil di klub barunya?’. Nah saatnya kita masuk ke faktor berikutnya
Visi misi
Ini adalah satu faktor penting dalam sebuah tim untuk dapat meraih gelar. Bila dianalogikan seseorang yang hebat tidak akan meraih apa-apa bersama timnya bila tidak memiliki pandangan yang sama dengan dirinya dan begitu juga sebaliknya. Tentunya visi-misi suatu tim harus dibarengi dengan tindakan mereka di lapangan, seberapa besar hasrat mereka akan terlihat pada bagaimana performa mereka selama membala hal itu. Bila semuanya sudah satu visi-misi, maka pemain akan lebih fokus pada tiap pertandingan yang akan dilakoninya. Tinggal kita lihat tim mana yang memiliki hasrat yang lebih besar untuk memenangkan pertandingan. Tentunya faktor keberuntungan tidak luput dari hal ini.
Nah dengan melihat faktor-faktor di atas tentunya banyak variable yang belum dipenuhi oleh Arsenal. Melihat pemain hasil didikan sendiri lebih bersinar di klub lain memanglah menyakitkan, tapi memangnya bila pemain itu tetap bertahan akan menjadi bersinar seperti sekarang?
Ditulis oleh: Robby Arsyadani
Referensi
https://www.panditfootball.com/cerita/213324//200303/roller-coaster-karier-sepakbola-serge-gnabry
Tidak ada komentar:
Posting Komentar